Image Alt

Blog

SAAR, anak owa yang mencari jati diri

SAAR memiliki rambut abu-abu keperakan yang cukup lebat. Hal tersebut dapat menggambarkan kondisi kesehatannya yang cukup baik karena gizi yang cukup ketika dititipkan untuk dirawat oleh pengasuh satwa di International Animal Rescue [IAR] Indonesia di Ciapus, lereng Gunung Salak. Sangat berbeda ketika SAAR, anak owa jawa ini ditemukan oleh petugas Taman Nasional Gunung Halimun Salak [TNGHS] dipelihara oleh penduduk sekitar bulan Februari 2008 yang lalu.

Sedikit masalah timbul pada waktu mendapatkan SAAR pertama kali, akan di-rescue ke mana? Sementara petugas TNGHS tidak ada yang mendalami perawatan owa, tidak ada fasilitas yang memadai untuk melakukan rangkaian tahapan rescue, mulai dari proses pengecekan kesehatan, karantina dan perawatan selanjutnya, bahkan untuk perawatan awal sementara pun tidak ada. Demikian pula petugas Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam [BBKSDA] Jawa Barat, Bidang Bogor, juga memiliki permasalahan yang sama dengan petugas TNGHS. Apalagi SAAR masih sangat kecil, ibarat bayi pada manusia, mesti mendapatkan perawatan dan perhatian khusus selama 24 jam sehari oleh ibu sebenarnya ataupun ”ibu” asuhnya.

Setelah melakukan kontak ke lokasi rescue center terdekat: Javan Gibbon Center [JGC] di Bodogol-TN Gunung Gede Pangrango [TNGGP], tidak memungkinkan menerima SAAR saat itu karena fasilitas kandang karantina penuh dan tidak ada perawat satwa yang memungkinkan berdaja selama 24 jam sehari. Demikian pula Pusat Transit Satwa Gadog juga memiliki masalah yang sama. Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga [PPSC] bersedia membantu perawatan sementara SAAR di PPSC, asal SAAR diantar ke Cikananga, Sukabumi. Akhirnya kami menghubungi IAR Indonesia-Ciapus untuk minta bantuan mentranslokasi SAAR dari Kabandungan ke Cikananga. Namun ternyata setelah Drh. Karmele dari IAR Indonesia menjemput SAAR di Kabandungan pada tanggal 21 Februari 2008 di antara waktu luang dalam mengikuti The Indonesian Gibbon Conservation and Management Workshop di Hotel Lido, barulah disadari bahwa SAAR juga tidak memungkinkan untuk di-rescue ke Cikananga, karena di PPSC juga tidak ada perawat satwa yang bisa merawat SAAR selama 24 jam sehari. Berdasarkan kesepakatan bersama, akhirnya SAAR di-rescue ke IAR Indonesia di Ciapus, meskipun sebenarnya IAR saat itu baru memfokuskan penyelamatan pada jenis monyet ekor panjang, beruk dan kukang.

Post a Comment

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit sed.

Follow us on