Image Alt

Blog

Memberikan Manfaat Hutan Kepada Masyarakat

Keberhasilan pengelolaan taman nasional tidak bisa hanya dilihat dari kemampuan melindungi hutan dan kekayaan yang ada di dalamnya. Lebih dari itu, taman nasional pun harus mampu memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Begitulah pula seharusnya yang berlaku untuk Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP).

Tentu suatu ironi jika TNGGP mampu memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat yang tinggal nun jauh dari hutan, sementara masyarakat di sekitarnya tak menikmati keuntungannya. Oleh karena itu, melalui konsep jasa lingkungan, masyarakat di sekitar TNGGP diharapkan bisa menikmati manfaat hutan tanpa harus menjarah hasil hutannya. Salah satunya, melalui teknologi mikrohidro.

Dengan konsep itu, kini masyarakat di sekitar TNGGP bisa menikmati listrik, memanfaatkan aliran sungai.
“Ini perwujudan dari konsep jasa lingkungan. Kalau ada usaha konservasi di hulu maka usaha itu harus bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Kalau tidak, mereka tidak akan mau berpartisipasi mengonservasi hutan,” tutur Agus Widianto, Direktur Eksekutif Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL), mitra TNGGP dalam program Pusat Pengembangan Listrik untuk Komunitas (Pusbalikom). Ia ditemui seusai peluncuran program tersebut di Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) Bodogol-TNGGP, Kab. Bogor, Sabtu (7/3).
Melalui program itu, sedikitnya tiga puluh rumah di Desa Ciderem, Kec. Caringin, Kab. Bogor, kini terbebas dari kegelapan. Sebab, aliran Sungai Cisapati menggerakkan turbin yang mampu menghasilkan listrik 4.500 watt. Dengan demikian, setiap rumah rata-rata memperoleh aliran listrik sebesar 150 watt. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, listrik tersebut juga bermanfaat untuk menggerakkan roda perekonomian di desa itu. “Misalnya, usaha pertukangan yang operasionalnya membutuhkan listrik, atau industri rumah tangga lainnya yang membutuhkan listrik,” tuturnya.

Penggunaan mikrohidro merupakan salah satu upaya konservasi yang bisa dilakukan di daerah tengah DAS (daerah aliran sungai). Selama ini, konservasi sering kali terpusat kepada daerah hulu dengan penanaman pohon. Daerah tengah acap kali luput dari perhatian. Listrik mikrohidro, diharapkan bisa meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat di sekitar TNGGP untuk melindungi hutan sebagai sumber air yang juga sumber listrik baginya.

“Memang tidak mudah. Perlu ada pelatihan yang terus-menerus untuk menanamkan kesadaran itu. Selama ini, masyarakat hanya tahu ada listrik. Sekarang, mereka diajak untuk tahu ada apa di balik listrik itu. Dengan demikian, pada akhirnya mendorong mereka ikut serta menyelamatkan hutan,” tutur Agus.
Menurut dia, selanjutnya, program serupa akan dilaksanakan di Desa Tangkil dan Cinagara, Kec. Caringin Kab. Bogor. Balai Besar TNGGP yang terletak di Cibodas, Kab. Cianjur, juga telah menggunakan mikrohidro untuk memenuhi kebutuhan listrik di kantor balai besar. Untuk tahap awal, listrik yang dihasilkan sekitar 3.000 watt. Jumlah itu masih bisa ditingkatkan hingga 10.000-12.000 watt dengan penggunaan pipa yang lebih panjang. “Kami berharap, ke depan, langkah seperti ini bisa menjadi gerakan di masyarakat. Mereka bisa melanjutkannya. Kami akan membantu melalui penyediaan teknologi yang murah dan mudah tapi hasilnya bisa dipertanggungjawabkan,” tutur Agus.
Ia mengatakan, biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan turbin tergantung pada besaran listrik yang dihasilkan. Jika dihitung, harganya Rp 10.000,00 untuk setiap watt yang dihasilkan.
Kepala Balai Besar TNGGP Sumarto Suharno mengatakan, penggunaan listrik itu diharapkan pula mampu memberdayakan ekonomi masyarakat setempat. Dengan demikian, ketergantungan masyarakat terhadap hutan secara langsung dapat dikurangi, bahkan dihilangkan. “Kata kuncinya adalah kerja sama dan kemitraan, terutama dengan pemerintah daerah setempat,” ujarnya.

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu penyangga kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Air dan seluruh keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya menjadi penggerak kehidupan bagi penduduk sekitarnya. Letaknya yang berada di jantung Jawa Barat, membentang melintasi tiga kabupaten (Bogor, Cianjur, dan Sukabumi) memudahkan siapa saja menjangkau taman seluas 21.975 hektare tersebut. Artinya, semakin banyak tangan manusia yang bisa menjamahnya, semakin besar pula ancaman yang dihadapi. Bagaimana tidak, sebagian besar kerusakan alam bersumber dari tangan-tangan manusia.

“Memang ancamannya besar, tapi potensinya juga besar. Diibaratkan TNGGP merupakan pulau di antara lautan manusia dan permukiman, di mana masyarakat masih memiliki ketergantungan yang sangat kuat terhadap TNGGP. Untuk mengombinasikan kepentingan TNGGP dan masyarakat, diperlukan suatu formula agar tidak ada pihak yang dirugikan,” tutur mantan petinggi di TNGGP, Sunaryo.

Ketergantungan itulah yang membuat masyarakat begitu mudah masuk ke kawasan hutan konservasi untuk mengambil langsung hasil hutan. Mulai dari kayu bakar, penebangan pohon secara liar, sampai perburuan satwa langka. Pada akhirnya, terjadi konflik kepentingan antara masyarakat dan TNGGP.
Menurut Sunaryo, semua kepentingan tersebut harus bisa diselaraskan melalui kerja sama yang baik dari semua pihak. Dalam hal ini, kata dia, pemerintah daerah dituntut lebih meningkatkan peran sertanya. Tanpa itu, usaha masyarakat tidak akan mencapai hasil yang optimal.

“Saat ini, kami sudah bisa menjalankan usaha tanpa harus merambah hutan, bertani pun kami tidak sembarangan. Akan tetapi, ketika mau memasarkan hasil produksi, kami terkendala kondisi jalan yang masih jelek. Ini yang menjadi penghambat kami,” kata Wawan Sutisna, Ketua Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (Marpelin) sekaligus warga Desa Kebon Peuteuy, Kec. Gekbrong, Kab. Cianjur.

Menyelamatkan hutan tentu tidak bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri atau taman nasional. Harus ada kerja sama dan kemitraan dengan semua pihak, baik pemerintah daerah maupun swasta. Jika hutan selama ini sudah bermurah hati memberikan semua hasilnya untuk manusia maka sudah saatnya semua bersama-sama bergerak menyelamatkannya. (Catur Ratna Wulandari/”PR”)***

[ sumber : pikiran rakyat ]

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit sed.

Follow us on