Image Alt

Blog

Pendidikan Cinta Hutan Dan Lingkungan Di TNGGP

Beberapa tahun terakhir di negeri ini sering terjadi musibah, seperti tanah longsor, banjir dan bencana alam lain, yang menimbulkan kerugian harta benda bahkan merenggut jiwa manusia yang tidak sedikit jumlahnya. Kejadian bencana yang terakhir menimpa masyarakat di daerah Tangerang, longsornya tanggul Situ Gintung menimbulkan ratusan korban jiwa dan puluhan keluarga harus kehilangan tempat tinggal. Yang lebih memilukan adalah kehilangan keluarga, kerabat, orang terdekat dan tersayang karena menjadi korban.

Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan adalah salah satu faktor penyebab terjadinya bencana alam. Disela sela berbagai musibah dan bencana alam yang terjadi, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mengadakan kegiatan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap sumber daya alam dan lingkungan kepada generasi muda. Kegiatan tersebut berupa pendidikan lingkungan yang dikemas dengan Kemah Konservasi.

Kemah konsevasi merupakan suatu program pendidikan lingkungan dengan menggunakan metode teori dan praktek dengan menitik beratkan pada ranah afektif dan kognitif (pengertian dan penyadaran). Peserta diajak berkemah di Bumi Perkemahan yang terdapat di dalam Kawasan TNGGP, diberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai Hutan dan TNGGP dengan belajar langsung di alam. Kegiatannya dilakukan dengan cara belajar sambil bermain (rekreatif edukatif) dan sebanyak mungkin membimbing peserta untuk secara aktif melakukan kegiatan dan menemukan pengalaman baru sendiri.

Program kemah konservasi adalah program tahunan TNGGP, kali ini mengundang peserta yang berasal dari siswa/siswi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang berada di sekitar kawasan TNGGP wilayah Kabupaten dan Kota Madya Sukabumi. Diselenggarakan di Bumi Perkemahan Pondok Halimun, Resort PTN. Selabintana, selama 3 hari evektif di akhir bulan Maret 2009. Peserta berjumlah 30 orang, terdiri dari 10 orang perempuan dan 20 orang laki-laki, yang direkrut dari 8 SLTA yaitu; SMAN 4 Sukabumi, SMAN 1 Cibadak, SMAN 1 Cisaat, SMKN 1 Sukabumi, SMA Taman Siswa, SMA Pasundan, SMA Plus Yaspida dan Madrasah Aliyah Tarbiyatul Fallah.

Di hari pertama kegiatan adalah tahap orientasi, peserta dikenalkan pada hutan dan lingkungan bumi perkemahan. Materi yang disampaikan berupa pembekalan teori tentang konservasi, taman nasional, hutan dan kehutanan untuk membuka dan mengarahkan wawasan peserta. Pada sore harinya kegiatan lebih ditekankan kepada pendekatan penjiwaan terhadap hutan dan lingkungan. Kegiatannya langsung di hutan, dengan mengoptimalkan penggunaan panca indra (sencis activity)  peserta mengamati suatu perubahan dari siang menjadi malam yang sebagian besar dari mereka belum pernah lakukan sebelumnya. Peserta berdiskusi dengan diarahkan oleh mentor untuk mencari pelajaran berharga yang bisa diperoleh dari alam. Saat itu juga mentor menceritakan beberapa pelajaran bijak yang bisa didapat dari alam, hal ini merupakan suatu penerapan dasar untuk sentuhan kejiwaan peserta tentang wawasan, kesadaran dan kecintaannya kepada kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan ini cukup menarik perhatian peserta, karena mungkin pertama kalinya bagi peserta dihadapkan kepada alam langsung.  Hal ini terbukti dari cukup banyak dan bervariasinya komentar, cerita dan pendapat peserta yang muncul pada saat diskusi dan berbagi pengalaman dengan kelompok lain.

Tahap explorasi dikemas dengan materi praktek Menyingkap Rahasia Hutan yang diberikan pada hari kedua. Peserta dikenalkan kepada suatu ekosistem dan mengamati semua unsur biotik dan abiotik yang ditemukan, kemudian dianalisa sampai kepada simbiosis diantara unsur-unsur tersebut. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok kecil yang masing-masing melakukan pengamatan pada ekosistem yang berbeda. Mentor membimbing satu kelompok agar mampu memahami bahwa masih terdapat kehidupan yang saling berhubungan di dalam lapisan tanah hutan yang dipenuhi serasah pada pengamatan ekosistem lantai hutan (serasah). Di kelompok lain peserta mengamati ekosistem pohon besar untuk mengetahui berbagai tumbuhan dan kehidupan lainnya berinteraksi dalam naungan satu pohon dan kelompok ketiga melakukan pengamatan pada ekosistem kayu lapuk, mengetahui bahwa masih terdapat manfaat yang begitu besar bagi unsur-unsur ekosistem di dalam sebuah kayu lapuk sekalipun.  Pada akhirnya para peserta lebih mengerti dan memahami terjadinya suatu mata rantai kehidupan, bahwa semua unsur saling berhubungan dan saling ketergantugan. Kalau salah satu diantara berbagai unsur ekosistem tidak ada, maka rantai kehidupan tidak akan seimbang dan akan mengakibatkan suatu evolusi kehancuran bagi kehidupan dan atau revolusi kehancuran untuk kehidupan.

Air adalah sumber daya yang sangat penting dalam kehidupan ini, namum manusia sering tidak sadar dan bahkan banyak manusia mencemari dan tidak bijak dalam memanfaatkannya. Masih dalam tahapan explorasi pada kegiatan kemah konservasi diberikan pembelajaran berharga bagi peserta mengenai air yang dikemas dalam materi menyingkap kehidupan sungai. Pada materi ini peserta melakukan praktek pengukuran debit air sungai, mengamati, mengidentifikasi dan menganalisa biota air sebagai indikator kwalitas air. Yang terpenting dalam materi ini adalah menyadarkan peserta tentang fungsi hutan sebagai pengatur tata air, bahwa hutan menjamin ketersediaan air bersih sepanjang tahun tanpa kekeringan dan tanpa banjir/longsor di musim hujan.

Setelah peserta belajar, berbagi pangalaman dengan teman dan kelompok lain dalam kegiatan ini, di hari terakhir peserta diajak jalan-jalan menuju Air Terjun Cibeureum Selabintana dan pulangnya keluar melewati perkebunan teh yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGGP. Kegiatan ini bertujuan memunculkan persepsi peserta tentang taman nasional yang dituangkan kedalam pembuatan miniatur taman nasional. Kegiatan ini sekaligus evaluasi tingkat persepsi peserta terhadap TNGGP setelah mengikuti kemah konservasi. Di akhir kegiatan peserta diminta membuat tulisan tentang kegiatan kemah konservasi dari mulai sampai akhir, semua pengalaman dan pelajaran yang telah diterimanya ditulis dalam sebuah cerita dan dikemas sebagai surat kenangan. Setelah beberapa bulan kegiatan kemah konservasi berlalu, surat kenangan ini akan dikirim kepada masing-masing peserta sebagai kilas balik memory, bahwa mereka pernah mengikuti kegiatan tersebut.

Keberhasilan kemah konservasi terhadap perubahan perilaku peserta kepada sumber daya alam dan lingkungan, belum secara langsung dapat terwujud setelah selesainya kegiatan, karena perlu waktu untuk proses perubahan itu terjadi. Namun mereka sudah dibina untuk lebih mencintai alam dan telah ditanamkan nilai-nilai konservasi, sehingga memberikan harapan di masa yang akan datang mereka berperilaku bijaksana terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Untuk saat ini, minimalnya mereka bisa sebagai penyambung lidah meneruskan dan menyebar luaskan pesan-pesan lingkungan dan konservasi kepada orang-orang yang berada di sekitar mereka. Kegiatan Bina Cinta Alam kepada generasi muda perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan demi keselamatan Bumi di masa yang akan datang.

[ teks & gambar © TNGGP 042009 | Dudi & Made PEH BPTN II ]

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit sed.

Follow us on