Penutupan Lahan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2010
Penutupan lahan berhutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dinyatakan seluas 16.831,27 ha (76,59%) sedangkan yang tidak berhutan berkisar 5.143,70 ha (23,41%) , hal ini tercatat dari laporan Ground Check Hasil Penafsiran Citra Satelit Resolusi Tinggi Wilayah TNGGP oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa Madura tahun 2010.
Lahan berhutan tersebut dibagai berdasarkan kerapan tajuk pada Hutan Primer(HP) , Hutan Sekunder (HS) dan Hutan Tanaman (HT). Untuk Hutan Primer Kerapatan Tinggi atau lebih besar dari 70% seluas 2.710,5 ha, HP Kerapatan Sedang antara 40-70% seluas 694.5 ha, sedangkan HP dengan kerapatan rendah atau dibawah 40% tidak ada. Untuk Hutan Sekunder (HS) Kerapatan Rendah 2.081,5 ha, HS kerapatan sedang 9.004,4 ha dan HS Kerapatan Tinggi seluas 1.268,6 ha. Untuk Hutan Tanaman (HT) dengan kerapatan rendah seluas 53,7 ha, HT Kerapatan Sedang seluas 434,3 ha dan HT Kerapatan Tinggi 583,8 ha.
Hasil penafsiran areal yang tidak berhutan dapat terjadi pada alun-alun Suryakencana yang merupakan padang rumput dan edelweiss sepanjang ±2000 m dan lebar ±250 m, Kawah Gunung Gede dengan diameter ±600 m. Areal lain yang dimungkinkan diinterpertasikan sebagai tidak berhutan adalah danau situ gunung, telaga biru dan juga rawa. Selain itu dibeberapa tempat tengah dilakukan rehabilitasi lahan (RHL) dan juga Adopsi Pohon yang tegakannya masih belum dapat dilihat secara jelas dengan menggunakan citra satelit.
Sebagaimana diketahui kawasan TNGGP dapat dibagi berdasarkan 3 tipe vegetasi yakni Sub Montana 500-1500 m diatas permukaan laut (mdpl), Montana 1500-2400 m dpl dan Sub Alpin 2400-3019 m dpl. Dengan demikian untuk areal Sub Alpin yang didominasi tumbuhan kerdil seperti cantigi dapat ditafsirkan kawasan Hutan Sekunder.
Dengan hasil penafsiran satelit tahun 2010 ini dapat disimpulkan bahwa tutupan lahan yang dominan adalah Hutan Sekunder Kerapatan Sedang (40-70%) dan Hutan Primer Kerapatan Tinggi (>70%), selain itu bahwa TNGGP masih sangat baik bagi berbagai jenis satwa dan tumbuhan endemic (edelweiss) TNGGP. Adanya kawasan non hutan merupakan penafsiran dari areal khas TNGGP seperti alun-alun suryakencana dan juga kawah Gunung Gede serta Puncak Pangrango.
Penafsiran ini sangat penting dan berarti bagi Pengelola Taman Nasional sebagai bahan evaluasi tingkat keberhasilan dalam penerapan management kawasan. Informasi Sumber Daya Hutan ini juga dapat digunakan bagi management untuk melakukan resotorasi kawasan taman nasional.