Katak Api (Leptophryne cruentata) menjadi ikon Satwa Nasional 2011
Dalam rangka menyambut Hari Puspa dan Satwa Nasional tanggal 5 November 2011, pemerintah mengumumkan penetapan puspa dan satwa nasional yaitu Bunga Tetepok (Nymphoides indica) dan Katak Api (Leptophryne cruentata). Untuk satwa, inilah kali pertama katak diangkat menjadi ikon satwa nasional. Katak api atau juga dikenal dengan nama kodok merah ini memang bukan sembarang katak. Katak berukuran kecil, berwarna hitam dengan bercak merah kekuningan di punggungnya – yang menjadi asal nama Katak Api – saat ini sudah sulit untuk ditemukan. Katak ini merupakan endemik Pulau Jawa, ditemukan di dekat sungai beraliran deras di dataran tinggi. Oleh karena habitatnya spesifik, tidak heran jenis ini hanya ditemukan pada daerah alami yang terjaga.
Katak api saat ini dilaporkan keberadaannya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Keberadaannya di TNGP telah tercatat sejak setengah abad yang lalu. Pada tahun 1960an, Liem, seorang peneliti dari Queeensland, Australia melakukan penelitian intensif mengenai keanekaragaman katak di jalur Cibodas. Tulisan Liem yang diterbitkan tahun 1971 merupakan satu-satunya catatan sejarah bahwa populasi katak api sangat melimpah saat itu. Hampir tiga dekade kemudian, peneliti dari ITB, Prof. Djoko Iskandar dalam bukunya “Amfibi Jawa dan Bali” mengatakan bahwa katak api dikhawatirkan telah punah dari jalur cibodas. Namun demikian melalui serangkaian survey intensif tahun 2003/2004 tim peneliti dari IPB yang diketuai oleh Mirza Kusrini menemukan kembali populasi katak api di dua lokasi yang diidentifikasi Liem. Pencarian di satu lokasi lagi yang disebut oleh Liem gagal menemukan keberadaan katak ini. Monitoring berkala sampai tahun ini antara tim IPB dengan TNGGP menemukan bahwa populasi Katak Api walaupun masih rendah dibanding tahun 1960an dianggap STABIL.
Salah satu dugaan turunnya populasi Katak Api adalah keberadaan penyakit chytridiomycosis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh jamur chytrid dan mengakibatkan kematian katak. Laporan penelitian tahun 2008 telah mengkonfirmasi adanya jamur chytrid pada katak di TNGP. Alih-alih punah, tampaknya katak api termasuk jenis yang berhasil pulih dari serangan jamur chytrid.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango saat ini merupakan salah satu benteng utama bagi keberadaan Katak Api. Penelitian mengenai Katak Api dan katak lainnya menjadi salah satu prioritas kerjasama antara TNGP dan Fakultas Kehutanan IPB yang telah dijalin sejak beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, penunjukkan Katak Api menjadi ikon satwa nasional 2011 sangat penting untuk meningkatkan apresiasi masyarakat akan keberadaan Katak Api.
[ teks © TNGGP 102011 | MIKI- red ]