Image Alt

Blog

Menikmati Pesona Bawah Laut Tulamben

mm

NEGERI “Para Dewa” ini memang tak akan pernah habis untuk diceritakan. Pesona alamnya yang begitu indah, serta ragam budayanya, membuat Bali selalu menarik untuk diceritakan. Bali adalah “surga’ yang membuat kita selalu rindu. Rindu untuk kembali menjelajahi seluruh persona budaya dan alamnya.

Atas undangan Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung (PJLK2HL), Kementerian Kehutanan, Liputan ekowisata kali ini berbeda dari biasanya. TROPIS berkesempatan meliput langsung kegiatan dan pemanfaatan jasa Iingkungan di area Taman Nasional dan Cagar Alam yang ada di Pulau Dewata ini. Melihat, bagaimana sebuah konsep wisata dikemas, menjadi sebuah kegiatan pariwisata yang indah dan beda dari biasanya.

Bersama dengan Direktur (PJLK2HL), Sumarto Suharno, dan Kasubdit Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Puspa Dewi Liman, kami menuju Bali dengan pesawat Garuda. Bersyukur kali ini Garuda tidak delay dan tepat waktu. Setelah menempuh waktu penerbangan sekitar satu setengah jam, kami tiba di Bandara Ngurah Rai, Bali. Dari situ kami segera menuju Hotel Puri Ayu, yang terletak di salah satu pojok kota Denpasar. Hotel ini menjadi tempat kami bermalam di Denpasar.

Beristirahat sejenak, tak sampai sepuluh menit, kami diajak Sumarto, menikmati makan malam. Malam itu kami menikmati sajian ayam Taliwang, yang kami temui tak jauh dari hotel tem pat kami menginap. Makan berempat, dengan Sumarto, Puspa Liman, dan Djati Wicaksono, Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Selesai menyantap hidangan ayam Taliwang yang terkenal lezat dan pedas itu, kami bergegas kembali ke hotel, untuk akhirnya terlelap dalam tidur malam yang nyenyak.

vv

Di Pulau Dewata ini, obyek wisata yang pertama kami kunjungi adalah Tulamben. Sekitar pukul 10 waktu Bali, kami meninggalkan Hotel Puri Ayu. Sepanjang perjalanan menuju Tulamben, terhampar sawah-sawah indah bertingkat khas Bali. Meski musim kemarau, sawah di Bali terlihat tidak mengalami kekeringan. Wajar saja, lantaran Bali sudah sejak dulu mempunyai sistem pengairan air yang baik atau dikenal dengan istilah SUBAK.

Menjelang siang, kami mampir makan di sebuah rumah makan, yang khas menyajikan makanan serba ikan. Mampir di sebuah tempat bernama “pesinggahan klunghkung”. Kami menikmati sajian sate lilit, pepes ikan, dan sajian khas ikan lainnya. Selera makan pun bertambah dengan sambal mata, sambal khas Bali yang mirip dengan sambal dabu-dabu-nya Manado.

Perjalanan dilanjutkan. Sepanjang jalan kami menikmati pesona laut Bali yang begitu mempesona. Mendekati Tulamben, di kiri-kanan jalan, kami menemukan sisa-sisa bongkahan lahar yang sudah mengeras, bekas lahar Gunung Agung, yang meletus pada tahun 1963. Diantara tanah-tanah tandus itu, terdapat kumpulan ilalang kuning yang begitu menggoda mata, yang belum pernah saya temui di daerah lain.

Menjelang pukul 12.00 WITA, kami akhirnya sampai di Tulamben. Malam ini kami menginap di Puri Nyoman Madha. Kamipun dimanjakan dengan pesona laut Tulamben yang begitu menawan. Lantaran letak kamar langsung menghadap laut, saya dapat melihat deburan ombak yang memecah di pantai.

Matapun seakan terpesona dengan keindahan laut Tulamben yang begitu bersih dan jernih. Sambil duduk-duduk di tepi pantai, TROPIS pun seakan ingin terus menikmati semua pesona itu. Beberapa turis terlihat hendak menyelam, sementara lainnya melakukan snorkling. Sedang, Sumarto dan beberapa teman lainnya telah turun menyelam. Keindahan laut Tulamben, memang menggoda para penggila selam untuk segera terjun ke dasar lautnya.

BANGKAI KAPAL USAT LIBERTY

Tulamben adalah salah satu tempat rekreasi penyelaman yang sudah sangat terkenal, baik pecinta kegiatan menyelam domestik maupun mancanegara. Apa yang membuat Tulamben begitu terkenal? Tak lain adalah kemudahan dan kekayaan biota laut yang ditawarkan oleh tempat penyelaman ini. Apalagi, di sekitar lokasi penyelaman terdapat bangkai kapal USAT Liberty (sebuah kapal angkut tentara angkatan darat Amerika Serikat yang tenggelam, setelah ditorpedo oleh kapal selam Jepang tahun 1942).

Lokasi penyelaman ini merupakan areal termudah untuk dinikmati. Penyelam dari semua tingkatan keahlian, bisa melakukan penyelaman di tempat ini. Lokasi ini bisa dicapai langsung dari bibir pantai dan terletak sekitar 25 meter dari pesisir dengan kedalaman antara 5 meter hingga 30 meter di bawah permukaan laut. Selama musim Iiburan, lebih dari 100 penyeiam mendekati bangkai kapal ini tiap hari.

Keindahan Tulamben juga ditambah dengan biota bawah lautnya, mulai dari yang kecil seperti siput laut, kepiting dan udang, ghost pipefish dan pygmy seahorse sampai yang besar, seperti hiu, ikan Mola, dan lainnya. Tulamben menawarkan situs penyelaman yang sesuai untuk kursus penyelaman, penyelaman santai (fun dive) dan fotografi bawah air.

Nama Tulamben sendiri berasal dari batulambih, yang berarti “banyak batu”, merujuk pada letusan Gunung Agung yang mempengaruhi tempat ini dari waktu ke waktu. Nama ini berubah menjadi Batulamben, dan akhirnya Tulamben.

Saat malam beranjak datang, seluruh peserta yang sebagian besar adalah Kepala Balai Tarnan Nasional seluruh Indonesia, kembali berkumpul. Di bawah temaram sinar bulan dan indahnya laut Tulamben, dibukalah secara simbolis kegiatan “Pelatihan Pemandu dan Interpreter Wisata Alam Angkatan II”. Saat itu juga dijelaskan lebih detil tata cara dan aturan menyelam yang baik.

“Tulamben menjadi contoh swadaya masyarakat yang menjaga alam. Bagaimana sebuah kawasan di luar kawasan konservasi, mempunyai tempat begitu indah. Bagaimana mensinergikan semua sumber daya alam yang ada untuk bersama-sama membangun jasa lingkungan dengan berbagai cara,” ujar Sumarto. Di Tulamben, para nelayan tidak ada yang memancing, sesuai adat mereka. “Tulamben juga contoh nyata bagaimana sebuah ekosistem laut yang sangat sehat, dengan adanya sinergi pemda, pusat, adat, masyarakat, pemandu dan pihak swasta,” tambah Sumarto.

Malam itu, peserta diingatkan agar mereka dapat bangun pagi sekali dan dan menyelam sebelum pukul enam pagi. Sebab dengan melakukan penyelaman di waktu itu, dapat menyaksikan ribuan ekor ikan yang sangat cantik, khususnya ketika ikan baru bangun dari tidurnya.

“Silakan enjoy saja menikmati indahnya dasar laut Tulamben,” pesan Martin, salah seorang Instruktur selam dan kecelakaan kerja, yang juga motivator pelatihan lapangan, sekaligus pelatih manajemen pemandu bahari.

Karenanya, keesokan harinya, pagi sekali para peserta sudah Iengkap dengan pakaian selamnya. Sesuai dengan kelompok yang telah dibagi tadi malam, satu-persatu kelompok penyelam ini terjun ke dasar laut Tulamben. Dan bisa ditebak, semua penyelam sangat mengagumi keindahan dasar laut Tulamben yang sangat terjaga ekosistemnya.

Setelah puas menyelam, tak banyak waktu istirahat, rombongan segera bergegas menuju tempat selanjutnya. Perjalanan kami kali ini menuju Taman Nasional Bali Barat (TNBB), yang juga sudah sangat tersohor keindahannya.

MENJANGAN RESORT

Lepas tengah hari kami sampai di TN Bali Barat. Menuju Menjangan Resort, yang berada di dalam kawasan taman nasional ini. Memasuki area wisata, saya melihat hutan wusu yang begitu kering dan tandus, lantaran sudah sangat lama tak turun hujan. Namun, tak berapa lama kemudian, pemandangan mengagumkan tersaji di depan kami, yaitu kawasan wisata alam yang sangat asri.

mm

Menjangan Resort, merupakan sebuah areal wisata alam yang dikelola oleh PT Trimbawan Swastaman Sejati (PT TSJ), yang merupakan BUMS pernegang izin usaha penyediaan sarana wisata alam di TN Bali Barat. Kegiatan utamanya adalah menyediakan berbagai sarana dan jasa wisata alam kepada para wisatawan, seperti penginapan, restoran, dan fasilitas lainnya.

“Tersedia pula stasiun riset konservasi, yakni fasilitas penelitian yang disediakan oleh pemegang izin bagi tamu-tamu peneliti dengam tarif tertentu,” ujar Sadtata, salah seorang pemandu di Menjangan Resort. Pemberlakuan tarif merupakan hak pemegang izin, sementara pemerintah hanya memungut tarif masuk kawasan dan pungutan hasil usaha, sesuai PP No.59 sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Selain stasiun riset konservasi, pengelola Menjangan Resort juga menyediakan fasilitas kegiatan menanam atau adopsi pohon. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung program pengelola kawasan, yakni pihak Balai TN Bali Barat, khususnya dalam menjalankan fungsi pelestarian. Dari kegiatan ini, pemegang izin juga diperkenankan mengutip pungutan kepada orang tua asuhnya.

Adopsi pohon dilakukan dengan menawarkan paket kegiatan penanaman jenis pohon tertentu (endemik), kepada tamu. Untuk selanjutnya, pohon tersebut dirawat selama jangka waktu tertentu oleh pemegang izin, serta dilengkapi report perkembangannya secara periodik.

“Ada sekitar 150 pohon yang sudah ditanam oleh para pengunjung. Kami mengklasifkasikan beberapa jenis pohon yang ada. Misal, kategori gold untuk pohon sejenis sawo kecik. Kategori silver, untuk beberapa tanaman buah, “ ujar Sadtata.

Selain itu, ada pula adopsi satwa. Di mana pemeliharaan hingga pelepasan satwa (endemik), hasil penangkaran ditawarkan sebagai paket kegiatan kepada tamu dengan tarif tertentu. Tamu tersebut juga memperoleh report perkembangan satwa itu secara rutin. Salah satu satwa yang dapat diadopsi adalah burung jalak Bali hasil penangkaran.

Di lokasi ini, kami sempat mengunjungi beberapa bangunan yang ada, sebelum akhirnya singgah di sebuah rumah panggung khas Minahasa, yang terletak persis di tengah lokasi. Di dalamnya, kami melihat ruang tidur yang nyaman, dapur dan kamar mandi dengan desain “hotel bintang”. Kami juga melihat laboratorium yang menyediakan semua fasilitas penelitian lengkap dan ruang meeting yang tertata sempurna.

Dengan luas bangunan sekitar 380 hektar, Menjangan Resort menyajikan sebuah paket wisata alam yang begitu eksostis. Meski berada di tengah hutan, tapi semua bangunan yang ada didesain dengan konsep elegan dan mewah.

Di sini terlihat jelas, bagaimana pihak pengelola mampu memadukan unsur alam dan gaya modern. Menjadikan Menjangan Resort sebagai pilihan lain dalam paket wisata yang ditawarkan di Bali. Areal ini juga menjadi contoh, pengusahaan wisata alam yang sudah go green, dengan bangunan dari kayu, hemat Iistrik, dan pemanfaatan sampah. Karenanya, dengan semua konsep yang dikembangkan ini, Trimbawan Menjangan Resort, terpilih sebagai salah satu dari 3 objek pariwisata alam terbaik tahun 2010, oleh Kementerian Kehutanan.

[Sumber: TROPIS | Edisi 08 Tahun IV-2011 | Egar]

Post a Comment

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit sed.

Follow us on