Image Alt

Blog

Dwi, Irwan Susanto. 2011. Penggunaan Metode Spool Track Dalam Menelah Pola Pergerakan Harian Katak Bertanduk (Megophrys Montana) Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Bogor; Departemen Konservasi Sumberdaya hutan dan Ekowisara. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Peneliti: Irwan Dwi Susanto

Topik : Satwa

Tahun : 2011

No. Pustaka:

Abstrak
Penelitian mengenai pergerakan amfibi, termasuk tentang pilihan metode yang sesuai, telah banyak dilakukan diluar negeri, tetapi di indonesia baru solihat (2007) dan muliya (2010) yang pernah tercatat melakukan penelitian sejenis. Penelitian ini bertujuan 1. Melakukan uji coba berbagai bahan dalam membuat alat yang dipakai dalam metode Spool track serta melihat dampak pemakaian alat terhadap M.montana di TNGGP.
Penelitian ini dilakukan dijalur Ciwalen dan Cibeureum, TNGGP. 4 macam Spool dicobakan kepada katak dan penggerak katak diamati setiap 3 jam selama 72 jam. Data yang diperoleh dianalisis cara deskriptif dan kuantitatif. Terdapat 7 individu katak yang berhasil diamati penggeraknya selama 72 jam dengan menggunakan spool yang beratnya 10%, yaitu  katak jantan dan 4 katak betina. Selain itu juga terdapat 1 katak jantan yagn berhasil diamati selama 72 jam dengan menggunkan spool dengan berat diatas 10% dari bobot tubuhnya.
Bahan pembuat spool yang cukup baik digunakan selama pengamatan berbeda untuk katak jantan dan katak betina. Untuk katak jantan bahan terbaik terbuat dari sedotan dan plastik mica, sedangkan untuk katak betina bahan terbaik adalah palet pelastik dan belahan tempat bubuk carambol. Uji kruskal wallis terhadap penggerak katak menunjukan pergerakan setiap 3 jam pada siang adalah berbeda nyata dengan katak jantan dan katak betina (H=0,296, df=1, P> 0,05) sedangkan pergerakan setiap 3 jam pada malam hari adalah berbeda nyata antara katak jantan dan katak betina (H=0,000, df=1, P<0,05) uji kruskal wallis juga menunjukan rata-rata pergerakan katak jantan setiap 3 jam pada siang dan malam hari tidak berbeda nyata (H=0,000, df=1, P<0,05). Hal ini berbeda dengan pergerakan betina setiap 3jam menunjukan perbedaan nyata pada siang dan malam hari (H=0,049, df=1, P<0,05). Hal ini disebabkan pada siang hari betina lebih sering diam dibandingkan malam hari.
Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa sebagian besar katak jantan dan katak betina memiliki aktivitas yang sama pada siang hari yaitu tidur ditempat yang terlindung dari matahari seperti dibawah serasah, dibawah batu, dibawah log kayu dan dilubang akar pohon agar tubuhnya tidak kekeringan. Hasil pengamatan terhadap penggunaan mikrohabitat menunjukan bahwa pada siang dan malam hari, M.montana paling banyak menggunakan substrat serasah basah.  Dengan banyaknya penggunaan serasah basah sebagai mikro habitatnya, maka tumbuhan sebagai penghasil serasah perlu dipertahankan keberadaannya.
Kata kunci : pergerakan, spool track, mikro habitat, M.montana

Post a Comment

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit sed.

Follow us on