Komposisi & Distribusi Jenis Herpetofauna Tapos Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jakarta.
Peneliti: Kuscintari, Siska Amelia., Anggraeni, Wulan Dwi., Iqbal, Muhammad., Bishari, Aji Akbar., Kartika, Prica Rizky.
Topik : Satwa
Tahun : 2012
No. Pustaka:
Abstrak
Herpetofauna merupakan organisme berdarah dingin yang terdiri dari reptil dan amphibi. Indonesia merupakan negara megabiodiversitas yang memiliki keanekaragaman di bidang flora maupun fauna yang sangat melimpah termasuk dalam hal ini keanekaragaman herpetofauna. Keanekaragaman yang dimiliki Indonesia 16% jenis reptil dan amphibi di dunia. Jumlah amphibi dan reptil di Indonesia sekitar 13000 jenis. Menurut asalnya, herpetologi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “herpeton” yang berarti merayap atau melata dan “logos” yang berarti ilmu (Thayer, 2001). Sehingga jikan dirangkum herpetologi adalah ilmu yang mempelajari fauna yang merayap atau melata. Maksud dari “merayap” atau “melata” disini disamakan berdasarkan sifat herpetofauna pada saat istirahat dimana posisi tubuh ventral menyentuh tanah. Oleh karena itu fauna seperti reptil dan amphibi disebut herpetofauna. Selain itu, hewan tersebut merupakan kelompok vertebrata yang tergantung pada suhu lingkungan atau yang dikenal dengan ektoterm (Zug, 1993). Tapos yang merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berada pada ketinggian 950-1500mdpl. Secara garis besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mempunyai peranan yang penting dalam sejarah konservasi di Indonesia. Ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980, dengan luas 22.851,03 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan, hanya berjarak 2 jam (100 km) dari Jakarta. Secara geografi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terletak antara 106? 51’-107? 02’ BT dan 6? 51’ LS. TNGGP yang awalnya memiliki luas 15.196 Ha dan terletak di 3 (tiga) wilayah kabupaten yaitu Cianjur (3.599,29 Ha), Sukabumi (6.781,98 Ha) dan Bogor (4.514,73 Ha), saat ini sesuai SK Menhut No. 174/Kpts-II/tanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 Ha. Suhu berkisar antara 10-18?C dan kelembaban relatif berkisar antara 80-90% sepanjang tahun. Kawasan Tapos Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki kawasan hutan yang cukup lebat. Namun dikarenakan sedang musim kering dan sumber air (sungai, air terjun) juga cukup jauh dari jalur pengamatan yang ditentukan, maka jumlah Herpetofauna yang didapat menjadi sedikit karena Herpetofauna merupakan jenis hewan yang kurang bisa bertahan jika wilayah tersebut sedang mengalami musim kering dan jauh dari sumber air. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2012, dan 1-2 September 2012. Pengambilan data dilakukan dalam dua waktu yaitu pada pagi hari (diurnal) pukul 07.00 dan malam hari (nokturnal) 19.00. Pengamatan dilakukan dengan menelusuri jalur melalui metode Transect. Jalur pengamatan yang ditentukan adalah Jalur Pasir Banteng (Jalur I), Jalur Curug (Jalur 2), dan Jalur Tarsius (Jalur 3). Jenis-jenis Herpetofauna yang didapat antara lain Eutropis multifasciata (kadal kebun), Python reticulates (ular phyton), Calloselasma rhodostoma (ular tanah), Gekko gecko (Tokek), dan Huia masonii (Katak kongkang jeram)