Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Untuk Menunjang Pengelolaan Ekowisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Peneliti: Wardhani. R.K : A. Nurhayati & Werdiningsih
Topik : Flora
Tahun : 1997
No. Pustaka:
Abstrak
Dewasa ini pengembangan sektor pariwisata sudah menjadi agenda utama pembangunan nasional. Potensi Pariwisata ini didukung oleh keberadaan Indonesia yang berada di daerah katulistiwa dengan kekayaan alam yang beragam. Pembangunan kepariwisataan harus diarahkan pada tetap terpeliharanya kelestarian fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengaweta keragaman jenis flora fauna dan ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya. Arah ini semakin dirasakan penting dengan timbulnya konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Mengingat salah satu fungsi taman nasional adalah sebagai kawasan konservasi yang mengacu pada peningkatann potensa wisatanya, maka TNGP perlu dikelola dengan baik, efisien, dan terencana. Salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan pengelolaan tersebut adalah tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh TNGP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan dan pengelolaan sumber daya manusia di TNGP dalam kaitannyadengan pengelolaan ekowisata. Ruang lingkup penelitian adalah kelompok tenega structural dan fungsional yang berhubungan langsung dengan kawasan konservasi termsuk pengelolaan wisata. Pelaksanaan dari 20 Febuari s/d 30 April 1997. Teknik pengumpulan dilakukan dengan kuisioner, observasi, wawancara, dengan menggunakan data primer dan sekunder. Dari hasil pengamatan dan kuisioner menunjukan bahwa SDM untuk pelayanan ekowisata masih perlu ditingkatkan, baik kualitas maupun kuantitas SDM dilapangan. TNGP telah melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas SDM seperti Diklat dan pelatihan bagi petugas. Memperhatikan permasalahan SDM dalam pengelolaan ekowisata, disarankan beberapa hal antara lain; melakukan pendistribusian petugas dari resort yang sepi pengunjung ke resort yang ramai pengunjung, terutama saat tingkat kunjungan tinggi. Dengan demikian, kekurangan petugas dapat diatasi tanpa merekrut petugas baru. Selainitu perlu pemerataan pelatihan bagi semua petugas, baik yang berada dikantor balai maupun dari lapangan. Frekwensi pelatihan perlu ditingkatkan. Petugas yang berperan sebagai interpreter perlu diberikan pelatihan memadai, hal ini penting mengingat sedikit petugas interpreter berhubungan langsung dengan pengunjung. Walupun pengunjung mancanegara tidak signifikan dalam jumlah, namun pelatihan bahasa inggris diperlukan, mengingat sedikit petugas yang bisa berbahasa inggris. Patrol petugas perlu ditingkatkian pada jalur pengunjung, untuk mengurangi vandalisme.