Analisa Banjir Bandang Ciguntur Leutik 17 Desember 2012
oleh Ardi Andono
Peristiwa terjadinya banjir bandang dan longsor di pertemuan anak sungai antara anak sungai Ciguntur dan anak sungai Ciguntur Leutik pada tanggal 17 Desember 2012 telah menyebabkan adanya korban dan kerugian materi baik hancurnya perumahan maupun jembatan yang berada disepanjang sungai Ciguntur. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango melakukan analisa sebagai berikut:
A. Waktu dan Lokasi
1. Banjir Bandang terjadi pada hari Senin, 17 Desember 2012, Pukul 15.12 WIB wilayah kerja Resort PTN Gunung Putri di luar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dengan koordinat 6°44’50.48″S-107° 2’45.99″E atau tepatnya ± 200 m dari perpotongan jalan Cipanas-Cianjur dengan hotel Sanggabuana Cipanas.

2. Ketingian lokasi bencana 1100 m diatas permukaan laut (dpl), dan lokasi tertinggi hulu anak sungai Ciguntur dan Ciguntur Leutik adalah 2.775 m dpl.
3. Diinformasikan korban meninggal 1 (satu) jiwa, 15 rumah rusak.
B. Data Lapangan
1. Lokasi pada pertemuan anak sungai Ciguntur dan Ciguntur Leutik yang termasuk ordo 3 berupa anak sungai dengan lebar kurang lebih 2 m.
2. Hulu kedua sungai berasal dari Puncak Gede dengan jarak ke lokasi bencana adalah ± 8,3 km, jarak ke area terbuka Gn Putri Taman Nasional 5 km,
3.
Berdasarkan hasil analisa spasial dengan mengacu gambar citra satelit resolusi tinggi tahun 2009, Luas tangkapan air kedua anak sungai tersebut kurang lebih ± 766 ha, ; luas areal tertutup/hutan primer ± 253 ha, luas areal terbuka didalam kawasan TN ± 59 ha, luas lahan kritis/terbuka diluar kawasan ± TN 339 ha, luas pemukiman ± 115 ha.

Tabel Luasan Tutupan lahan yang dihitung menggunakan software Arcgis 10.1 dengan peta dasar peta satelit quick bird 2009.
Table 1. luas dan kondisi tangkapan air pada areal bencana longsor/banjir bandang
No
|
Kondisi Tutupan Lahan
|
Luas (ha)
|
% luas
|
Keterangan
|
1.
|
Hutan Primer
|
253
|
33.02872
|
di dalam TN
|
2.
|
Areal terbuka/ perambahan
|
59
|
7.70235
|
didalam TN
|
3.
|
Areal terbuka /pertanian intensif
|
339
|
44.25587
|
diluar kawasan TN
|
4.
|
Pemukiman
|
115
|
15.01305
|
diluar kawasan TN
|
|
Total
|
766
|
|
|
4. Areal terbuka pada Taman Nasional berupa perambahan yang dilakukan oleh masyarakat dari Gn Putri dengan luas 59 ha (7,7%) , sedangkan areal terbuka/kritis diluar kawasan hutan berupa pertanian intensif berupa sayuran dengan luas 339 ha (44,2%).
5. Jenis tanah pada area tangkapan air adalah Komplek Regosol Kelabu dan Litosol pada hutan Primer, dan Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat pada area terbuka baik di Taman Nasional maupun di luar taman nasional.(peta terlampir)
• Regosol : Tanah regosol mempunyai bahan induk abu, pasir, dan tuf volkan intermedier dengan fisiografi volkan. Tanah regosol mempunyai tekstur geluh lempung atau clay loam. Tanah ini mempunyai konsistensi keras sedang dan ke bawah berangsur-angsur beralih ke bahan induk yang pejal dan tanahnya rawan terhadap erosi.
• Andosol : Tanah andosol ini ditampilkan dalam bentuk andosol coklat dengan bahan induk abu, pasir, dan tuf volkan intermedier dengan fisiografi volkan. Tanah ini disebut juga tubuh tanah pegunungan tinggi. Tanah ini mempunyai asosiasi berwarna coklat, tekstur umumnya debu, lempung berdebu sampai lempung. Sedangkan struktur tanahnya remah, dan konsistensi agak gembur. Tanah ini sangat rawan terhadap erosi..
6. Kelerengan pada areal tangkapan air pada areal pemukiman hingga batas taman nasional (45% dari luas tangkapan air) adalah 25-45% sedangkan pada areal taman nasional adalah diatas 45%. (peta terlampir)
7. Terdapat penggalian pasir di luar kawasan taman nasional secara illegal, dengan rata-rata pengambilan kurang lebih 10-20 truk dengan kapasitas masing-masing truk 2-3 m3 dengan jarak dari lokasi 2 km. (peta terlampir)
C. Analisa
1. Berdasarkan data diatas, menunjukan bahwa sumbangan terbesar erosi dan limpasan air lebih besar dari luar kawasan taman nasional 454 ha atau 59% dari total luasan tangkapan air berupa lahan terbuka pertanian dan pemukiman.
2. Untuk perambahan di kawasan taman nasional pada areal tangkapan sungai ciguntur dan ciguntur leutik seluas 59 ha dengan jenis tanaman sayuran. Jumlah perambah pada areal tersebut adalah 133 Kepala Keluarga warga dari Desa Sukatani. Pada areal perambahan telah dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan pada tahun 2010 dan 2007, serta rehabilitasi hutan dan lahan partifipatif pada tahun 2005.
3. Kawasan tersebut merupakan kawasan rawan longsor mengingat jenis tanah andosol dan regosol yang mudah terlepas /erosi.
4. Laju air pada areal tersebut sangat cepat mengingat kelerengan pada areal tangkapan air tersebut antar > 40%. Dengan debit air yang tinggi serta kecepatan air yang tinggi pula akan menimbukan tekanan /energi yang besar juga untuk melepas butiran tanah sehingga menimbukan longsor dan erosi.
5. Keadaan pada tersebut diperburuk dengan kondisi tutupan lahan dan teknik/ bercocok tanam yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi. Tutupan lahan sangat berpengaruh terhadap resapan air, volume limpasan air dan juga besaran energy tekanan/pukulan air hujan ke tanah secaara langsung. Tutupan lahan terbaik hanya ada pada kawasan Taman Nasional seluas 253 ha atau 33% dari total tangkapan area kedua anak sungai tersebut.
D. Kesimpulan
1. Penyumbang terbesar erosi dan volume air adalah kawasan terbuka diluar kawasan TN berupa pertanian intensif dan pemukiman dengan lus 454 ha atau 59% dari luasan tangkapan kedua anak sungai (Ciguntur dan Ciguntur Leutik) yakni 766 ha.
2. Areal perambahan di TNGGP pada areal tersebut seluas 59 ha atau 7,7 % dari luasan tangkapan/
3. Kondisi tutupan lahan, kelerengan (15-40%) dan jenis tanah Regosol dan Andosol sangat berpengaruh terhadap erosi dan volume air serta kecepatan air yang melimpas.
4. Adanya penggalian pasir turut mempengaruhi bencana banjir bandang.