PROGRAM RESTORASI KAWASAN BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO LEUWEUNG HEJO MASYARAKAT NGEJO ENYA GE DIMUSIM HALODO.
Benteng Hijau Berlapis
Kolaborasi BB TNGGP dengan CII, DAIKIN dan masyarakat di Resort PTN Nagrak dinilai berhasil dengan baik. Konsep “green wall” ini mengusahakan dua benteng hijau, yaitu secara fisik lahan yang direstorasi menghijau, yang kedua adalah masyarakat yang berwawasan hijua menjadi benteng konservasi. Kolaborasi yang dimulai sejak tahun 2008 ini, sudah berhasil merestorasi kawasan TNGGP seluas 300 ha dan membina masyarakat 12 kampung yang berbatasan dengan kawasan hutan.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat sebagai benteng berwawasan hijau, telah diusahakan berbagai upaya melalui pendekatan sosial ekonomi. Pendekatan sosial (untuk meningkatkan pengetahuan menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat) merupakan usaha pokok yang ditunjang dengan pendekatan ekonomi. Kegiatan sosial dilakukan melalui penyuluhan, pendidikan lingkungan, kursus-kursus dan lain-lain. Dalam penyuluhan diberikan contoh manfaat hutan yang telah dirasakan secara nyata oleh masyarakat sebagai hasil dari peningkatan ekonomi.
Untuk kampung yang belum terjangkau listrik PLN, seperti kampung Tenggek Desa Cihanjawar dibuat PLTA berupa minihidro. Dengan demikian masyarakat merasakan secara nyata pentingnya menjaga keutuhan hutan, karena pada saat restorasi dimulai PLTA hanya menghasilkan listrik untuk beberapa keluarga saja, namun setelah “green wall” berdiri dengan megah, debit air semakin besar dan relatif stabil sehingga hampir semua masyarakat Tenggek bisa menikmati aliran listrik.
Bentuk bantuan lain sebagai media pembelajaran dan penyadaran adalah program pipanisasi dan usaha perikanan, seperti di kampung Panyusuhan dan kampung Lamping. Program pipanisasi memanfaatkan sumber air berupa mata air yang berada di pinggiran hutan, sehingga masyarakat akan merasakan langsung pasang surut air sesuai kondisi hutan di atasnya.
Demikian juga dengan pemberian bantuan bibit ikan dan pembinaan usaha perikanan. Usaha perikanan ini sangat erat kaitannya dengan air, tanpa air usaha tidak akan jalan, sedangkan suplay air sangat tergantung pada kondisi hutan di atasnya. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan sadar dan peduli untuk menjaga dan memelihara hutan demi kelangsungan usahanya.
Pernah pula dicoba budidaya lebah madu, dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan ketergantungan masyarakat pada keutuhan hutan, namun musuh alaminya seperti tawon menghambat usaha ini. Usaha lain yang dilakukan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat (yang merupakan paket program green wall ini), adalah pemberian bantuan bibit dan bimbingan ushatani sayuran dan ternak kambing serta pohon multi guna (MPTS) seperti aren (Arenga pinata), nangka (Artocarpus heterophyllus), jambu (Syzigium guajava), rambutan (Nephelium lappaceum), pala (Myristica fragrans), jengkol (Pithecollobium lobatum) dan petai (Parkia speciosa).
Usaha ternak kambing sudah berhasil menembus masyarakat diluar kelompok tani sasaran. Kelompok tani yang menjadi sasaran (penggarap lahan hutan) sejumlah 500 orang terbagi dalam 26 kelompok, masing-masing kelompok diberi beberapa ekor bibit domba yang harus digulirkan kepada sesama anggota kelompok yang belum kebagian. Sampai saat ini guliran terus berjalan meskipun semua anggota kelompok sasaran sudah kebagian, guliran sudah mulai menembus masyarakat diluar kelompok tani sasaran, bahkan di kampung Lamping hampir semua keluarga kebagian kambing guliran.
Hasil restorasi ini harus diamankan masyarakat secara berkelanjutan, sehingga, generasi muda penting untuk dibekali pengetahuan tentang upaya konservasi sumber daya alam. Untuk itu dilakukan pula pendidikan konservasi lingkungan hidup bagi anak-anak sekolah. Murid-murid SD dan SLTP sekitar kawasan hutan Resort PTN Nagrak mendapat kesempatan menambah ilmu pengetahuan tentang konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Kembali Berair
Pemandangan yang tadinya gersang sekarang sudah mulai indah, sejuk, menghijau, inilah salah satu manfaat atau “out come” program “green wall” yang sudah dapat dirasakan. Tentunya jasa lingkungan berupa fungsi produksi oksigen, penyerapan carbon dan pengaturan tata air berjalan semakin baik. Beberapa penduduk kampung Lamping melaporkan, paling tidak ada dua mata air yang beberapa tahun belakang ini sudah mati, sekarang (setelah “green wall” benar-benar menghijau) berair lagi bahkan bisa mensuplay air secara normal meskipun dimusim kemarau.
Dengan tidak disadari masyarakat, terjadi penurunan berbagai gangguan hama pada lahan pertanian. Hasil pengamatan rekan-rekan di kolaborasi “green wall”, beberapa jenis hama yang “booming” pada saat maraknya masyarakat berkebun di lahan hutan, seperti “ku’uk”, semakin menghilang seiring dengan semakin berkurangnya kebun dan semakin baiknya kualitas hutan.
Bertambahnya pengetahuan, dan kesadaran masyarakat serta merasakan langsung manfaat keutuhan hutan para penggarap (sekitar 25 %) turun gunung meninggalkan lahan garapannya secara sukarela, hal ini tentunya pula didorong dengan tutupan lahan yang sudah semakin rimbun. Sisanya sudah menyatakan siap turun gunung dalam waktu dekat tanpa ada paksaan. Kebiasaan masyarakat membakar semak belukar untuk membuka lahan pertanian sudah mulai berkurang berkat penyuluhan yang tidak kenal lelah.
Mulai pula ada warga masyarakat yang aktif ikut membantu mengawasi keamanan hutan. Mereka yang masih senang masuk hutan, diberi penjelasan tentang aturan dan bahayanya kerusakan ekosistem hutan. Bila masih membandel biasanya diinformasikan kepada petugas Resort PTN Nagrak atau rekan-rekan anggota kolaborasi.
Dengan berhasilnya restorasi ekosistem hutan, tantangan lainnya yang harus ditangani adalah upaya antisipasi terulangnya penggarapan lahan hutan pasca turunnya para penggarap, disamping tentunya melanjutkan upaya restorasi. Pemantauan dan pemeliharaan tanaman hasil restorasi yang 300 hektar pun perlu terus lakukan. Untuk perjuangtan belum selesai, perlu terus dilanjutkanndan ditingkatkan. Mudah-mudahan “gren wall – green wall” yang lain segera bermunculan. Aamiin. (Teks : Agus M; Foto : Randi)