Image Alt

Blog

Peningkatan Kapasitas Masyarakat pada Pelatihan Interpreter di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

interpreterHari Sabtu dan Minggu tanggal 28-29 Mei 2016 dilakukan kegiatan “Peningkatan Kapasitas Masyarakat pada Pelatihan Interpreter” di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo (BBTNGGP). Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2016 kerjasama antara Conservation International Indonesia (CI Indonesia) dengan BBTNGGP. Dari kegiatan ini mengundang 30 orang peserta dari volunteer dan masyarakat di sekitar PPKAB- Resort Bodogol, serta perwakilan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) dari perwakilan 4 (empat) Resort yang ada di Bidang PTN Wilayah III Bogor.

Peserta selama 2 hari 1 malam diajak berdikusi dan praktek lapangan dengan dibimbing oleh Pemateri yang telah diundang oleh panitia. Ada 5 materi yang disampaikan yaitu :

1.    Pengelolaan Taman Nasional disampaikan oleh Chusnul Faridh, Kepala Seksi PTN Wilayah V Bodogol
2.    Komunikasi dalam Interpretasi disampaikan oleh Yopie Basyarah (Q- Bau Adventure)
3.    Analisis Ekologi disampaikan oleh Heri dan tim (Lintas Gunung Laut-LIGULA Ecotourism Organizer)
4.    Interpretasi Raptor Hendry Pramono, M.Sc (Yayasan Konservasi Elang Indonesia)
5.    Etika dalam Melakukan Pelayanan disampaikan oleh Yoseph Supardi (Lead Indonesia)

Berikut ringkasan materi yang disampaikan oleh pemateri :

interpreter3Materi Pengelolan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan SISTEM ZONASI yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, parawisata dan rekreasi. Dari definisi tersebut maka kegiatan pokok dalam taman nasional terdiri 3 bagian yaitu pendidikan, penelitian dan ekowisata. Kegiatan interpretasi di alam misalnya yang dilauakukan di PPKAB merupakan salah satu contoh  dari kegiatan ekowisata.

Secara administrasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mempunyai luasan 22.851 ha yang terletak di 3 (tiga) kabupaten yaitu, Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Di sekeliling kawasan TNGGP terdapat 68 desa penyangga, yaitu desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGGP. Potensi keanekaragaman hayati sangatlah tinggi di TNGGP. Ketika berkunjung ke TNGGP maka dapat ditemukan “si pohon raksasa” Rasamala, “si pemburu serangga” atau kantong semar (Nephentes spp); berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah, seperti jamur yang bercahaya. Disamping keunikan tumbuhannya, kawasan TNGGP juga merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar, seperti kepik raksasa, sejenis kumbang, lebih dari 100 jenis mamalia seperti Kijang, Pelanduk, Anjing hutan, Macan tutul, Sigung, dll, serta 250 jenis burung. Kawasan ini juga merupakan habitat Macan Tutul, Owa Jawa, Surili, Lutung dan Elang Jawa yang populasinya hampir mendekati punah.

Selain potensi kehati  TNGGP juga mempunyai potensi hidrologi yang penting bagi kawasan dan daerah di sekitarnya terutama atas jasanya sebagai penyedia air bersih. Potensi air dalam satu tahun mencapai 213 milyar liter (Otto Sumarwoto, 1994), manfaatnya mencakup seluruh masyarakat yang ada di sekitar Taman Nasional termasuk Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Terdapat 58 sungai, 1.075 Anak Sungai, dan 4 Daerah Aliran Sungai (Ciliwung, Citarum, Cisadane, Cimandiri) yang menjadi sumber energy bagi 5 PLTA : Jatiluhur, Saguling, Cirata, Cisoka, dan Cimandiri.

interpreter4Materi Taman Nasional wajib diketahui dan dikuasai oleh semua interpreter sebagai pilar dasar dalam menyampaikan informasi konservasi dalam kegiatan interpretasi di kawasan TNGGP, sehingga pengetahuan, kesadaran dan kepedulian pengunjung terhadap konservasi akan bertambah setelah berkunjung dan berinteraksi langsung dengan alam dengan didampingi interpreter.

Materi Komunikasi dalam Interpretasi
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan maupun tulisan, namun tidak semua mampu melakukan komunikasi dengan baik (efektif) .Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan semua informasi secara lisan tapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya maka dari kegiatan ini merupakan salah satu bagiang penting di dalam kegiatan interpretasi. Sebagai jembatan antara materi yang dikuasai interpreter kepada pengunjung yang akan diberikan informasi tersebut.
Kurang bagusnya komunikasi yang dilakukan menyebabkan penyampaian informasi terhadap pengunjung tidak akan maksimal, begitupun sebaliknya. Tujuan dari komunikasi efektif sebenarnya adalah memberikan kemudahan dalam menginterpretasikan sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh setiap pengunjung yang datang ke lokasi PPKA Bodogol. Oleh karena itu merupakan alasan yang kuat agar tehnik berkomunikasi harus dapat dimiliki dan dikuasai dengan baik oleh interpreter.

Etika dalam Melakukan Pelayanan
Etika seperti sebuah pondasi di dalam diri setiap individu. Etika juga merupakan cermin diri dari seseorang serta lingkungannya. Salah satu yang dapat ditangkap oleh pelanggan atau pengunjung adalah etika dalam memberikan pelayanan yang ditujukan oleh pemberi layanan. Mengingat dampaknya yang cukup hebat dalam menggaet pelanggan.

Pelayanan adalah apa dan bagaimana kita memperlakukan pengunjung (customer). Etika dan pelayanan juga merupakan 2 komponen yang saling berhubungan dan harus berjalan sesuai dengan irama kegiatan. Etika dan pelayanan di dalam kegiatan interpretasi menjadi penunjang komunikasi antara si interpreter terhadap pengunjung.
Beberapa hal yang diatur dalam beretika secara umum, antara lain:
1.    Penampilan; penampilan merupakan keseluruhan dari cara berpakaian agar membuat pengunjung terkesan.
2.    Sikap dan Perilaku; pada saat berhubungan dengan pengunjung seringkali sikap dan perilaku kita diperhatikan oleh pengunjung, terutama sikap yang menolong dan peduli terhadap kebutuhan pengunjung.
3.    Cara berpakaian; cara berpakaian harus serasi antara baju dan celana dan hgarus sesuai kondisi dilapangan
4.    Cara berbicara; berbicara dengan dengan pengunjung harus jelas, singkat dan tidak bertele-tele. Janganlah berbicara mengenai hal-hal yang bukan pada pokok permasalahan.

Dalam memberikan pelayanan yang terbaik juga harus diikuti oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung. Tidak kalah pentingnya adalah untuk menghindari pelanggaran terhadap etika pelayanan yang dapat berakibat complain atau buruknya pelayanan yang diberikan.

Materi Analisis Ekologi (Praktikum Lapangan yaitu Perairan Tawar dan Hutan )
Materi yang disampaikan oleh LIGULA berupa Praktikum Lapangan yang diawali dengan presentasi tentang cara melakukan pengambilan data saat praktikum lapangan dan pengolahan atau analisis data yang didapat. Materi Praktikum Lapangan ini terbagi menjadi praktikum yaitu Perairan Tawar dan Hutan. Praktikum perairan tawar terbagi menjadi 2 yaitu Produktivitas Perairan dan Indeks Biotik. Sedangkan Praktikum Hutan terbagi menjadi 4 yaitu, Analisis Populasi Serangga, Analisis tanah dan analisis tanah.

Presentasi materi dilakukan pada Sabtu malam tanggal 28 Mei 2016 dan pada keesokan harinya dilakukan praktikum lapangan. Dari data yang didapat, peserta kemudian melakukan analisis  data dipandu tim LIGULA. Dalam kegiatan ini peserta harus tahu cara pengambilan data di lapangan yang benar dan menganalis data hingga menjadi hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk menempatkan masyarakat di sekitar kawasan konservasi pada posisinya sebagai benteng upaya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia dalam pengelolan ekowisata berbasis pendidikan konservasi alam. Inisiatif ini akan terus digulirkan agar dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas di sekitar kawasan konservasi.

Oleh : Tangguh Triprajawan (PEH Bidang PTN Wilayah III Bogor)

Post a Comment

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit sed.

Follow us on