TRENGGILING TERPOTRET CAMERA TRAP
Sekilas tentang Trenggiling
Trenggiling yang hidup di Indonesia merupakan salah satu satwa unik dan khas yang memiliki nama ilmiah Manis javanica atau dalam nama Inggris Sunda Pangolin, dengan ciri khas tubuhnya dilindungi oleh sisik dari keratin. Trenggiling merupakan kelompok hewan mamalia dari family Manidae. Terdapat 8 spesies Trenggiling di dunia yang dikelompokkan dalam 4 genus, 4 spesies diantaranya hidup di Asia sedangkan 4 spesies sisanya hidup di Afrika. Dalam daftar IUCN (2009) tercatat bahwa Trenggiling masuk ke dalam kategori Endangered (terancam punah). Namun menurut daftar IUCN (2014) menyatakan bawah Trenggiling masuk ke dalam Critically Endangered adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat (kiritis) (http://www.iucnredlist.org/details/12763/0). Hal ini memiliki arti kurang dari 1 dekade keberadaan Trenggiling semakin menurun drastis.
Berikut 10 fakta unik Trenggiling yang dimuat di Situs Annamiticus.com:
1. Terdapat 8 spesies Trenggiling di dunia, 4 spesies di Afrika dan 4 spesies di Asia.
2. Lidah Trenggiling lebih panjang dari badan Trenggiling tersebut.
3. Seekor Trenggiling dapat mengkonsumsi 70 juta Semut per tahun.
4. Trenggiling tidak memiliki gigi. Mereka mengunyah dengan kerikil dan duri keratin terletak di dalam perutnya.
5. Trenggiling menutup telinga dan hidung mereka untuk menjaga agar tidak dimasuki serangga dari luar.
6. Trenggiling menandai wilayah mereka dengan air kencing, tinja, dan sekresi yang bercampur dengan kelenjar khusus.
7. Bayi Trenggiling dibawa di punggung dan ekor ibu mereka.
8. Berat sisik Trenggiling mencapai 20% dari total berat tubuh mereka.
9. Sisik Trenggiling terbuat dari keratin seperti kuku manusia.
10. Puluhan ribu Trenggiling liar dibunuh setiap tahun untuk diperdagangkan sisik dan dagingnya.
Permasalahan Utama yang Mengancam Keberadaan Trenggiling
Informasi yang dikutip dari www.republika.com tanggal 26 Januari 2015, diberitakan bahwa berdasarkan catatan dari Kementerian Kehutanan, negara dirugikan sekitar Rp38,45 miliar karena penyelundupan Trenggiling. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir terjadi sebanyak 587 kasus. Di beberapa tempat di Asia dan Afrika percaya bahwa sisik mereka punya manfaat medis. “Dan Ternggiling juga sangat dicari untuk diambil sisik dan dagingnya, yang di banyak negara Asia dan Afrika dianggap sebagai hidangan lezat,” kata Morrison (Born Free USA). Baru-baru ini Polda Jawa Timur gagalkan upaya penyelundupan 657 Trenggiling (Manis javanica) beku, ke Tiongkok dan Taiwan pada tanggal 15 Juli 2016 (www.tribunnews.com tanggal 25 Agustus 2016). Berkurangnya populasi Trenggiling di alam akan berpengaruh langsung pada ekosistem fauna karena Trenggiling merupakan predator alamiah Rayap dan Semut. Jika populasi Trenggiling terus berkurang, salah satu dampaknya adalah akan terjadi ledakan populasi Rayap dan Semut sehingga bisa memengaruhi keseimbangan ekosistem. Kalau tidak ada upaya tindakan yang serius, maka bukan tidak mungkin kepunahan Trenggiling akan semakin cepat.
Trenggiling di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)
Belum banyak data yang mengemukakan terkait Trenggiling di TNGGP. Salah satunya dikarenakan untuk menemukan Trenggiling secara langsung begitu sulit dan informasi mengenai keberadaan Trenggiling masih sangat minim. Walaupun demikian baru-baru ini PEH lingkup Bidang PTN Wilayah III Bogor bisa mengabadikan keberadaan Trenggiling dengan bantuan camera trap. Tujuan utama pemasangan camera trap untuk memperoleh data keberadaan Macan tutul jawa (Panthera pardus melas). Keuntungan dari camera trap juga bisa merekam satwa lain termasuk Trenggiling yang terekam pada tanggal 27 Mei 2016.
Peran Kecil Kita untuk Trenggiling
Apa yang harus kita lakukan untuk melestarikan keberadaan Trenggiling?
Berikut peran sederhana yang bisa kita lakukan:
1. Sebarkan informasi, kampanyekan terus pentingnya menjaga kelestarian Trenggiling supaya terhindar dari kepunahan, melalui media sosial dan media lain minimal kepada orang terdekat;
2. Tidak melakukan perburuan satwa dan tidak menjadi bagian dari jaringan perdagangan satwa illegal khususnya Trenggiling;
3. Laporkan kepada pihak terkait jika menemukan indikasi perdagangan/perburuan Trenggiling; dan
4. Berdo’a-lah agar Trenggiling tetap lestari.
SALAM KONSERVASI
Agung Gunawan
PEH Bidang PTN Wilayah III Bogor – TNGGP