Image Alt

Blog

Kubung – Si Tupai Terbang yang Sulit Dijumpai dan Dilindungi

Pelaksanaan inventarisasi satwa liar di Resort PTN Pasir Hantap yang dilaksanakan oleh fungsional Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) berhasil menemukan beberapa satwa yang biasanya cukup sulit dijumpai, diantaranya adalah kubung (Cynocephalus variegatus). Tupai yang jago melayang ini termasuk dalam famili Cynocephalidae memiliki ciri khas kulit tipis di sekitar kakinya. Ciri lainnya warna tubuh yang keabu-abuan hingga kemerahan. Panjang tubuhnya sekitar 34 – 38 dan ekor sepanjang 25 cm. Berat badan Kubang dewasa sekitar 0,9 – 1,3 kg.

Meskipun secara global persebarannya cukup luas, namun satwa yang dikenal dengan sebutan kekes atau kubung ini populasi terus menurun.  Persebarannya meliputi Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Vietnam, Thailand, termasuk Singapura. Di Indonesia diketahui hidup di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Berhubung populasinya semakin langka, maka saat ini Pemerintah RI melindunginya melalui Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Walaupun begitu menurut IUCN, populasinya secara global belum mengkhawatirkan sehingga hanya dikategorikan sebagai Least Concern dalam daftar merah sejak 1996.

Perjumpaan dengan satwa nocturnal ini terjadi saat tim inventarisasi satwa liar sedang menyusuri jalur pengamatan di Resort Pemangkuan Taman Nasional (RPTN) Pasir Hantap.  Kubung yang sedang menaiki pohon merasa terganggu dengan kehadiran manusia, meloncat dan melayang berpindah pohon.  Saat terbang itulah Agung Pakerti (PEH Resort Pasir Hantap) melihat kubung ini memiliki bayi yang terlihat berpegangan pada perut induknya.

Perjumpaan dengan kubung yang sedang mengasuh anak ini, merupakan bukti bahwa mereka hidup dengan aman dan nyaman sehingga bisa beranak pinak di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).  Namun meskipun demikian, tetap harus dilakukan upaya untuk menjaga kelestarian satwa bahkan pengembangan upaya konservasinya, baik pada strategi pengamanan, penelitian, maupun dalam strategi pemanfaatannya

Sumber: Robi Rizki Zatnika (Pengendali Ekosistem Hutan – Balai Besar TNGGP)

Post a Comment

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit sed.

Follow us on