WISMA CINTA ALAM, MESTINYA BUKA ATAU TUTUP PADA HARI-HARI LIBUR?

Kontribusi Wisma Cinta Alam (Visitor Center) Cibodas Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada pendidikan konservasi lingkungan hidup, baru sekitar 2,01 % dari jumlah pengunjung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Itupun cenderung menurun karena pengunjung bisa mengurus perijinan masuk kawasan konservasi (SIMAKSI) langsung di pintu masuk. Pada saat ini Wisma Cinta Alam lebih banyak dimanfaatkan sebagai tempat briefing dan pembekalan Diklat, praktikum, Praktek Kerja Lapang (PKL), pendidikan konservasi, dan seminar. Sumbangan WCA terhadap kegiatan pendidikan konservasi lingkungan hidup = (5.040 : 251.222) x100 % = 2,01 % (data tahun 2018).

Dikoling Dominan
Sesuai dengan namanya “Wisma Cinta Alam” (WCA), tempat ini didominasi kegiatan pendidikan cinta alam atau diistilahkan sebagai “Dikoling” (Pendidikan Konservasi Lingkungan Hidup) oleh anak-anak gaul. Dari 5.040 orang pengunjung WCA pada tahun 2018, sekitar 64 % adalah peserta Dikoling, dengan frekuensi 33 kali. Pelaksanaannya sekitar tiga kali per bulan dengan jumlah peserta rata-rata 300 orang. Sebenarnya hampir semua kegiatan pengunjung di WCA berorientasi pada pendidikan konservasi, disamping tentunya kegiatan khusus Dikoling. Hal ini sudah sesuai dengan visi pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango “Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menjadi pusat pendidikan konservasi kelas dunia”.
Peserta pada umumnya adalah para kaula muda, mulai anak TK sampai pelajar SLTA, mahasiswa, dan karang taruna. Kegiatan dikondisikan sesuai situasi dan kondisi WCA dan lokasi disekitarnya serta minat perserta Dikoling. Bila WCA dan arboretum di sekitarnya kurang memuaskan, perserta diajak nyebrang kali Cikundul masuk ke hutan Mandalawangi atau hutan Cibodas.
Dengan banyaknya kegiatan Dikoling di WCA, tentunya wisma dan sekitarnya perlu terus disiapkan untuk keperluan pendidikan konservasi. Jenis koleksi tumbuhan di arboretum perlu terus ditambah, arena game lingkungan di kondisikan, materi alam untuk konservasi di lengkapi dan sebagainya.

Menyiapkan SDM Terampil
Untuk menyiapkan sumber daya manusia dengan skill yang tinggi, tentunya disamping materi dalam bentuk teori, lembaga-lembaga pendidikan menyelenggarakan praktikum. Sesuai dengan fungsi dan potensinya, materi praktikum di kawasan konservasi yang satu ini kebanyakan yang menyangkut tumbuhan, satwa, dan ekosistem. Para peserta praktikum memanfaatkan WCA sebagai tempat briefing dan pembekalan sebelum melakukan kegiatan, serta diskusi setelah berpraktikum.
Pada tahun ini, telah dilaksanakan praktikum sebanyak sepuluh kali menyangkut konservasi alam hayati dan empat kali tentang manajemen. Peserta terdiri atas lembaga Diklat (tujuh kali) dan perguruan tinggi (juga tujuh kali) dengan jumlah perserta masing-masing 498 orang (16,08 % dari jumlah pengunjung WCA) dan 349 orang (11,27 %). Diklat lebih banyak dilakukan oleh Badan Diklat Kementerian LHK, disamping LSM dan para pencinta alam. Sedangkan perguruan tinggi yang paling sering melaksanakan praktikum adalah IPB, UNPAK Bogor, dan UNPI Cianjur.
Mengenal Dunia Kerja
Untuk mencetak sumber daya manusia yang mempunyai wawasan dan keterampilan kerja (siap pakai), tidak cukup hanya dengan belajar dalam dalam lingkungan kampus, begitu juga dengan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Lingkungan Hidup sebelum ditempatkan dimagangkan terlebih dahulu di kawasan konservasi. Tahun 2018 ada empat orang CPNS yang magang di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tujuannya agar para pelajar/ mahasiswa dan CPNS mengenal dengan dunia kerja yang sebenarnya.
Mungkin karena alasan seperti itu, Balai Besar TNGGP sering kedatangan tamu yang melakukan magang kerja dan Praktek Kerja Lapang (PKL). Pada tahun ini, sebanyak 65 orang yang terdiri dari empat CPNS Kementerian LHK, tujuh mahasiswa (IPB dan Universitas Pakuan Bogor), 54 pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sekitar Cianjur, melaksanakan magang dan PKL di Kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Rekreasi Sambil Belajar
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan sekitarnya, sudah sejak dahulu kala dikenal sebagai tempat dengan pemandangan (view) yang indah, udara yang bersih segar, temperatur yang sejuk, situasi alami yang nyaman. Tidaklah mengherankan bila banyak wisatawan berdatangan ke tempat ini, termasuk mereka yang juga bermaksud ingin menambah pengalaman dan pengetahuan, yang biasa dikenal dengan widyawisatawan.
Sebanyak 1.944 orang atau sekitar 38 % dari pengunjung Wisma Cinta Alam Cibodas adalah mereka yang berwidyawisata. Sebelum melanjutkan wisatanya ke dalam kawasan taman nasional atau ODTWA lain sekitar taman nasional, mereka mendapat informasi dari slide show dan penjelasan dari para interpreter di WCA.
Layanan di WCA
Pada saat ini pelayanan perijinan wisata alam yang dilakukan WCA adalah pelayanan Surat ijin memasuki kawasan konservasi (SIMAKSI) untuk pendakian melalui pintu Cibodas. Sedangkan untuk mereka yang masuk lewat Gunung Putri dan Selabintana dilayani di masing-masing pintu masuk. Di samping pelayanan ijin pendakian sudah dilayani di setiap pintu masuk, sistem pelayanan sudah on-line (booking on-line). Dengan demikian jumlah wisatawan yang masuk ke WCA semakin berkurang.
Konsekwensi perpindahan palayanan perijinan ke pintu masuk, tentunya pusat-pusat informasi (Information Centre) harus mengambil alih sebagian tugas WCA terutama dalam pelayanan informasi. Personil fungsional PEH bisa digilir untuk bertugas memberikan informasi (mengiterpretasikan materi display) kepada pengunjung di pusat informasi. Dengan demikian diharapkan setiap pengunjung bisa mendapatkan informasi yang memadai.
Sekedar nostalgia, didua dekade awal kemunculan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, di WCA ada sinergitas tiga personil pelayanan pengunjung. Pertama kali pengunjung disambut oleh anggota fungsional bina wisata alam (sekarang menjadi PEH) dan diajak berkeliling ruang pameran sambil menginterpretasikan materi WCA. Selesai interpretasi, pengunjung dipersilahkan memsuki ruang film untuk menyaksikan slide show. Untuk pengunjung pusat informasi bisa menonton film dokumenter melalui video.
Selesai paket penerangan baru dipersilahkan mengurus SIMAKSI yang dilayani personil seksi pemanfaatan (sekarang seksi P2), diakhiri dengan pembelian karcis masuk dari petugas subag tata usaha (sekarang Subag Umum). Pada saat libur panjang dilaksanakan event khusus “pekan palayanan informasi konservasi”. Selama pekan ini petugas taman nasional dengan intensif menawarkan jasa informasi ke setiap pengunjung dan mengajak agar berkunjung ke WCA. Pelayanan interpretasi ke air terjun Cibeureum tanpa bayar dari pengunjung namun dianggarakan dari program pengelolaan, interpreter dijadwal campur antara volunteer dan personil Bina Wisata Alam. Bagaimana sekarang bisa dilanjut?
Oleh: Wita Puspita Ningrum