Image Alt

Blog

Tiga keluarga Owa Jawa dari JGC-TNGGP memulai proses habituasi

Dalam pengelolaan Pusat Rehabilitasi Owa Jawa (JGC, Javan Gibbon Center), menjadi cita-cita besar kami Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bersama Yayasan Owa Jawa yang didukung Conservation Internasional Indonesia (CII), mitra kami untuk dapat mempersiapkan seluruh Owa Jawa yang masuk ke fasilitas rehabilitasi, memperbaiki kondisi fisiknya serta mengembalikan sifat liarnya, lalu mengantarkan mereka ke pintu gerbang kebebasan di habitat alaminya.

Berapa besar effort yang harus kami lakukan dalam proses rehabilitasi sangat dipengaruhi seberapa jauh perlakuan masyarakat yang (atas nama cinta satwa) sebelumnya memelihara mereka sebagai hewan kesayangan. Sebagian mereka diberi makan roti, buah import, nasi padang atau apapun yang manusia biasa makan. Hal yang dilakukan pada JGC adalah secara bertahap melakukan pembiasaan konsumsi makanan yang ada di alam, menumbuhkan sifat takut kepada manusia, mengembalikan kemampuan mencari makan sendiri serta menyelamatkan diri dari predator.
Berapa lama individu OJ harus bersekolah di pusat rehabilitasi? ini sangat dipengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan penyesuaian diri, mengikuti program yang telah disusun serta kedisiplinan keeper, pengelola dan pengunjung untuk secara tertib mengurangi kontak dengan seluruh siswa. Pada umumnya mereka tinggal di pusat rehabilitasi antara 4-5 tahun. Ada beberapa yang lebih cepat atau bahkan lebih lama.

Proses penting lain yang dilakukan di JGC adalah melakukan penjodohan. Lebih mudah mencarikan mereka pasangan di fasilitas rehab dibanding di alam tentu. Saat mereka telah Bersatu dalam ikatan keluarga, lebih baik pula kemampuan mereka bertahan dan melakukan reproduksi di alam.

Setelah melalui semua tahapan, puncak keberhasilan rehabilitasi adalah melakukan pelepasliaran. Kami melakukannya secara gradual, soft release kami pilih dibanding pelepasliaran secara langsung (hard release). Keluarga Owa Jawa yang akan dilepasliarkan terlebih dahulu kami tempatkan pada kandang habituasi untuk memberi mereka kesempatan untuk beradaptasi. Pada kandang ini, proses pemberian makan masih dilakukan namun dengan meningkatkan porsi jenis buah-buahan yang ada di habitat alam.
Pelepasliaran tidak dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mengingat populasi Owa Jawa di taman nasional ini dianggap sudah cukup stabil.
Hutan Lindung Gunung Puntang di Kabupaten Bandung Selatan ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Owa Jawa sudah pernah ditemukan di sini sebelumnya, serta berdasarkan Analisa habitat ditemukan jumlah dan keanekaragaman tumbuhan pakan yang cukup.

Pada tanggal 24 hingga 25 Oktober 2021 BBTNGGP bersama YOJ melakukan translokasi untuk proses habituasi 7 individu Owa Jawa. Kalian ingat, 24 Oktober diperingati sebagai International Gibbon Day bukan?

Proses ini dimulai dengan pemeriksaan kesehatan fisik seluruh individu, sebelumnya mereka telah pula menjalani PCR test untuk memastikan bebas Covid. Lalu mereka diangkut dengan menggunakan kandang transportasi dari JGC di Resort PTN Bodogol di Desa Benda Kecamatan Cigombong Kabupaten Sukabumi ke Hutan Lindung Gunung Puntang di Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung yang merupakan wilayah pengelolaan RPH Logawa BKPH Banjaran KPH Bandung Selatan.
Dari sisi administratif, proses translokasi dipayungi dokumen persetujuan Direktur KKH Direktorat Jenderal KSDAE, Surat Izin Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar (SATS-DN) yang diterbitkan Balai Besar KSDA Jawa Barat serta tidak kalah penting keterangan kesehatan satwa.

Habituasi dilakukan pada 3 (tiga) kandang yang terletak jauh di dalam hutan.
Keluarga Bobby (jantan 12 th, 6,11 kg), Jolly (betina, 15 th, 4,25 kg) dan
Lala (1 th, betina 2,08 kg) ditempatkan pada Kandang Habituasi Cisaat. Lala adalah individu yang diterima dalam keadaan masih bayi yang ‘dititip asuhkan’ pada keluarga ini dan telah diterima dengan baik.
Keluarga Delon (jantan 12 th, 4,91 kg) dan Susi (betina 7 th, 5,65 kg) ditempatkan pada Kandang Habituasi Daternangsi. Sedangkan keluarga Rambo (jantan 12 th, 5,86 kg) dan Suci (betina 7 th, 5,52 kg) ditempatkan pada Kandang Habituasi Cisaat.
Selama 1-2 bulan kedepan, 3 keluarga Owa Jawa ini akan terus diawasi oleh regu Gibbon Monitoring Unit untuk memastikan kondisi kesehatannya. Evaluasi akan dilakukan oleh keeper senior Mulya Hermansyah serta drh. Pristiani Nurantika, M.Si. guna mengetahui dan memastikan kesiapan mereka untuk dilepasliarkan.

Selama beroperasi sejak tahun 2003 Javan Gibbon Center telah berhasil melepasliarkan sejumlah 39 individu Owa Jawa. 2 individu di Kawasan TNGGP dan sisanya sejumlah 37 individu di Kawasan Hutaan Lindung Gunung Puntang. Pada saatnya nanti 7 individu terakhir yang sedang menjalani habituasi akan menambah total Owa Jawa yang direhabilitasi.

Tujuan akhir pelaksanaan rehabilitasi dan pelepasliaran ini adalah bertambahnya populasi Owa Jawa di Alam sehingga menurunkan status kelangkaannya serta menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak menangkap/ memperjualbelikan dan memelihara Owa Jawa sebagai satwa dilindungi.

Salam konservasi

Teks : Puji Gantina
Dokumentasi : Puji Gantina

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit sed.

Follow us on